Beliau juga berhasil menaklukkan Daulah Samaniyah yang telah demikian lemah. Ibnu Katsir menceritakan: “Pada tahun 408H, Khalifah Al Qadir billah menyuruh para fuqaha’ Mu’tazilah –salah satu firqah/golongan sesat kala itu- supaya bertaubat,maka mereka pun menyatakan ruju’/kembali pada kebenaran dan berlepas diri dari faham/aliran Mu’tazilah, Rafidhah dan faham-faham sesat lainnya.
Khalifat mengambil janji dari mereka, bahwa kalau mereka sampai mengingkari janji tersebut, maka kepadanya dijatuhi hukuman berat yang supaya mereka jera. Maka Mahmud pun segera menerapkan perintah Khalifah dan mulai membersihkan seluruh wilayah kekuasaannya dari kaum Mu’tazilah, Syi’ah, Isma’iliyyah, Qaramithah (keduanya merupakan syi’ah pengikut kebatinan yang sangat berbahaya), demikian pula kaum Jahmiyyah (yang mengingkari asma’ul husna dan sifatsifat Allah) dan firqah-firqah sesat lainnya. Mahmud bahkan menyalib dedengkot-dedengkot mereka, memenjarakannya, mengusirnya dan memerintahkan agar mereka dilaknat di mimbarmimbar. Ia berhasil menghalau seluruh kelompok ahli bid’ah dari daerah mereka, dan hal itu menjadi jasa besarnya yang dilestarikan oleh Islam”.
Sultan Mahmud memecat khatib-khatib Syi’ah dan menggantinya dengan yang Sunni. Beliau adalah seorang yang berpendirian tegas dan disegani, hingga tak seorangpun berani menampakkan kemaksiatan seperti minum khamer dan main musik di negaranya. Demikian
pula dengan pemikiran-pemikiran mu’tazilah dan syiah, tak pernah lagi muncul ke permukaan.
Beliau terkenal sebagai orang yang demikian mengagungkan para ulama dan memuliakan mereka, hingga para ulama berdatangan dari berbagai wilayah untuk menghadap beliau. Selain menjadi sultan yang adil dan penyantun, beliau juga seorang penakluk hebat yang sangat gemar berjihad. Berbagai ekspedisi militer yang dilakukannya demikian terkenal dalam sejarah, dan di samping itu semua, beliau sangat berjasa dalam perkembangan ilmu sastera dan kebudayaan Islam lainnya.
Perlu kita ketahui, bahwa Mahmud telah memimpin 16 operasi militer di utara India. Ia berhasil menumpas rajaraja mereka satu persatu. Di antaranya ialah operasi militernya melawan Raja India Jai Pal pada tahun 392H/1001M. Jai Pal saat itu merupakan Raja India terbesar secara mutlak, dan penghalang utama tersebarnya dakwah Islam. Kemudian pada tahun 398H/1007M, Mahmud memimpin perang melawan Raja Anand Pal, dan memerangi Raja Nakar Kut pada
tahun 400H/1009M, dan memaksanya untuk membayar upeti (jizyah).
Pada tahun 410H/1019M, beliau berperang melawan Raja Rajananda, dan seiring dengan kemenangannya
dalam peperangan ini, dakwah Islam semakin merambah ke pelosok India, terutama wilayah Kanjar. Beliau juga berhasil menaklukkan Raja Gujarat yang bernama Baida pada tahun 409H/1018M.
Serangkaian penaklukan yang gilang-gemilang tadi tentunya tak terlepas dari dua faktor utama; pertama tentunya pertolongan Allah, dan kedua: jasa besar pasukan berkuda yang dibentuk oleh Sultan Mahmud,
yang jumlah personelnya –menurut riwayat sebagian sejarawan Arab dan Orientalis- mencapai 100 ribu orang. Masing-masing menunggang kuda dan bersenjata lengkap. Demikian pula pasukan bergajah yang menjadi ujung tombak dalam berbagai peperangan kaum muslimin di India. Karenanya, Sultan Mahmud sangat memperhatikan senjata yang satu ini, hingga terkadang beliau rela berdamai dengan beberapa penguasa India dengan imbalan sejumlah Gajah.
Ingatlah ikhwati fillah, keberhasilan suatu peperangan tidak terlepas dari kedua faktor di atas; keimanan kuat
yang mengundang turunnya pertolongan Allah, dan didukung dengan persenjataan yang memadai. Oleh karenanya, seorang pemimpin mutlak harus
memperhatikan kedua hal di atas. Ia harus memberantas setiap bentuk kemaksiatan, mulai dari syirik hingga maksiat-maksiat lainnya yang dapat menggerogoti keimanan rakyat. Demikian pula dengan kekuatan militer pasukannya, jangan sampai ia tertinggal jauh dalam persenjataan yang dimiliki musuh-musuhnya,
sebagaimana yang dialami kaum muslimin akhir-akhir ini. Inilah dua kunci utama keberhasilan Sultan Mahmud dalam setiap operasi militernya.
Demikianlah Sultan Mahmud pindah dari satu peperangan ke peperangan berikutnya dengan membawa kemenangan besar. Hingga suatu ketika beliau menghadapi sebuah perang besar, bahkan yang terbesar sepanjang sejarah kaum muslimin. Peperangan tersebut terkenal dengan nama Somanat… bagaimanakah kisahnya?
----------------------------