Pertengkaran Dua Wanita Awak Pesawat
Oleh: Syaikh Mamduh Farhan al Buhairi
Seorang teman dari Aljazair menceritakan pengalamannya yang menegangkan sekaligus membuat kita tersenyum. Berikut saya sampaikan kepada pembaca seperti yang diceritakannya:
Pada suatu ketika saya menumpang sebuah pesawat Airbus milik salah satu maskapai penerbangan Aljazair dari bandara Aljazair menuju bandara Urley di Paris. Pada saat pesawat berada kira-kira di atas kota Marseille, kami mendengar teriakan bersahut-sahutan dua orang wanita di dekat kabin bagian depan. Saat itu pilot sedang berada toilet. Kopilotnya, seorang wanita, tidak lama kemudian meminta sesuatu kepada salah seorang pramugari. Namun tampaknya sang pramugari tidak segera menanggapi sehingga kopilot wanita itu marah kemudian juga keluar dari kokpit menuju tempat sang pramugari sambil marah-marah.
Rupanya pramugari tersebut tidak menerima kata-kata marah kopilot wanita itu, hal mana membuatnya semakin marah sehingga pecahlah pertengkaran diantara kedua wanita awak pesawat tersebut. Pada saat keduanya perang kata-kata, pilot pesawat pun keluar dari toilet, dia segera menutup pintu kokpit supaya suara kedua wanita tersebut tidak mengganggu konsentrasi kopilotnya yang sedang bertugas. Kemudian dia pun melangkah menuju sumber keributan. Dia sangat terkejut melihat kopilot wanita itu ternyata ada di sana tidak didalam kokpit, lalu dengan panik, secepat kilat berbalik untuk membuka pintu kokpit yang telah tertutup dan terkunci secara otomatis dari dalam, dan tentu saja tidak berhasil; setelah peristiwa 11 September pintu pesawat dirancang untuk tidak dapat dibuka dari luar sebagai antisipasi tindakan pembajakan.
Begitu radar apa yang terjadi, pilot dibantu pramugara, yang juga segera menuju ke sana, bergegas mengambil kapak, yang memang telah disediakan menghadapi situasi-situasi darurat, untuk membuka paksa pintu kokpit. Pesawat terbang tanpa kendali, sementara menara pemandu berulangkali melakukan panggilan yang tentunya tidak ada jawaban. Ini membuat pihak keamanan setempat memerintahkan pesawat tempur untuk mengusir pesawat “tidak dikenal” tersebut jika terpaksa ditembak jatuh, karena khawatir ini adalah tindakan terorisme.
Teman yang berasal dari Aijazair tersebut melanjutkan: Para penumpang yang tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi berteriak kaget melihat aksi tersebut. Saya dan sejumlah penumpang lain yang berada di kabin bagian belakang menyaksikan aksi pilot dan para pramugara membuka paksa pintu kokpit berpikir bahwa mereka adalah sekelompok teroris yang menyamar sebagai awak pesawat. Maka kami pun bangkit menyerang mereka sehingga keributan baru dan perkelahian pun terjadi. Salah seorang dari kami berhasil merampas kapak tersebut dan segera membawanya ke arah belakang kabin, tetapi para pramugara berhasil merebutnya kembali. Ketika saya berusaha merampas kapak itu kembali, pria yang membawanya memukulkannya ke wajah saya sehingga berdarah. Saya menjadi kalap dan menyerang pilot yang kebetulan berada dekat saya. Saya berhasil menjatuhkannya. Dia berteriak-teriak, “Saya ini pilot, saya ini pilot!” Saya membentaknya, “Kau bandit, teroris!” Saking marahnya saya menggigit lengannya sekuat hati, sehingga dia berteriak melengking kesakitan. Tetapi tiba-tiba seseorang memukul tengkuk saya sehingga saya terkulai pingsan. Mereka akhirnya dapat mengendalikan situasi dan membuka paksa pintu kokpit. Pilot yang masih kesakitan secepat kilat mengendalikan pesawat dan menghubungi menara pemandu di bandara terdekat dan menjelaskan insiden konyol yang baru saja terjadi.
Terakhir, kami tahu bahwa jika dalam sepuluh menit pintu kokpit tidak berhasil dibuka, pesawat-pesawat tempur Prancis pasti menembak jatuh pesawat kami. Ya, pesawat kami akan mengalami kecelakaan konyol karena ulah dui wanita yang bersitegang.
Sumber: Majalah Qiblati Edisi 04 Tahun VIII